Akhir 2001 yang lalu merupakan kisah yang sangat menyedihkan dalam hidupku, di mana saya harus berpisah dengan kedua orang yang seharusnnya menjadi panutan hidup bagiku, namun saya harus kehilangan kedua orang tusaya. Bukan karena panggilan Tuhan melainkan panggilan jiwa untuk membela kepentingan bangsa. Mereka ikut bergabung dengan Gerakan Separatis Bersenjata untuk membebaskan Aceh dari anggapan ketidak adilan pemerintah Republik Indonesia terhadap bumi Aceh Darussalam. Kala itu saya berpikir, bahwa ini adalah akhir daripada hidupku di mana saya harus hidup sebatang kara. Namun Allah berkehendak lain, dihadirkannya keluarga baru untukku saat itu, dari sinilah awal mulai perjalanan hidupku, berawal saya dibawa pergi oleh saudar saya yang ada di Desa Lueng Baro Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh untuk mengikuti Pendidikan Dasar.
Pada awalnya saya
diterima dengan baik di sana dan melanjutkan Sekolah Dasar saya di SD Negeri Lueng
Baro, namun akhirnya mereka merasa terbebani kehadiranku, ini diakibatkan
karena saat itu hampir seluruh wilayah dikuasai oleh tentara Republik Indonesia
sehingga tidak ada tempat bagi anggota keluarga pemberontakan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) sehingga mereka berinisiatif mengembalikanku ke kampong halamanku
dan pendidikan ku pun harus terhenti. Hal ini jelas berdampak buruk bagi
pendidikanku, saya sempat tak bersekolah selama 3 bulan, akhirnya berkat
keberanian seorang ibu, saya kembali dititipkan pada keluarga saudara
kandungnya yang juga merupakan anggota GAM yang berdomisili di Desa Suak Bilie
secara sembunyi-sembunyi dan melanjutkan pendidikan disana. Dan disanalah saya
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar yaitu pada SD Negeri Cot Kuta pada Tahun
2002.
selanjutnya saya
melanjutkan sekolah layaknya seorang anak tentara yakni dengan cara
berpindah-pindah sesuai kondisi sang ayah yang dipindah tugaskan dari satu
daerah ke daerah lain. Saya melanjutkan
sekolah menengah pertamsaya di Kecamatan Meureubo kabupaten Aceh barat tepatnya
di Madrasah sanawiah Swasta (MTsS) Meureubo, sehingga secara otomatis saya pun
berpindah domisili yakni di Desa Ujong Tanoh Darat Kecamatan Meureubo kabupaten
Aceh Barat. di sana saya tinggal bersama keluarga bibi tepatnya bersama
keluarga adik dari ibusaya selama 2 tahun. Akibat terjadi percekcokan dalam rumah
tanggal mereka kala itu, dan berita itu terdengar sampai ke ibu saya yang masih
dalam hutan, maka setelah itu, saya pun dipindahkan ke Seuneubok mengingat
keributan yang terjadi di rumah paman tak dapat terelakkan, di sana saya
tinggal bersama Kakak sepupu. Kehidupan yang pahitpun mulai saya jalani di
sana. Ibarat kata pepatah enak-enak hidup dinegeri orang yang berhujan emas, lebih
enak hidup di negeri sendiri yang berhujan batu. Enak-enak tinggal bersama
orang lain, lebih enak tinggal bersama keluarga sendiri. Keluarga saya yang
baru ini hanya memperhatikanku jika ayah dan ibuku mengirimkan uang kepada saya,
itupun jika saya memberikan seluruh uang tersebut kepada mereka. Jika tidak,
maka perlakuan yang menyakitkan pun menghampiriku, saya pernah mencoba menelan
nasi dengan minyak goreng bekas penggorengan ikan dikarenakan ikan yang telah
digoreng mereka simpan dikamar, selain mereka hanya memberiku uang sebanyak 500
rupiah namun itu sangat jarang mereka lakukan, terkadang dengan air mata saya berangkat
ke sekolah, Namun itu bukan masalah
bagiku, diberi nasi dan tempat tidur saja itu sudah melebihi daripada cukup
bagiku. Saya menjalani kesedihan tersebut kurang lebih sekitar selama 4 bulan,
bagiku itu seperti tahanan bagi keluarga separatis.
Taklama tinggal
di seuneubok lalu keluarga itu Pindah ke Perumahan Angkatan Luat yang berada di
samping sungai meureubo pada saat itu, tepatnya di samping JEMBES Pasi Pinang
dikarenakan rumah itu gratis tanpa sewa dan kami menetap disitu.
Pernah sewaktu
ketika ayah dan ibuku tak mengirimkan uang buat saya, dikarenakan mereka sedang
menghadapi TNI yang pada saat itu TNI menyerang Kelompok Ayah dan ibu saya
melalui udara dengan menggunakan pesawat tempur, dikarenakan mereka pada waktu
itu tidak sempat mengirimkan uang untuk saya, maka perlakuan keluarga baruku
ini makin menjadi-jadi, tak tahan rasanya kalau diperlakukan begitu, di mana
keperluan sekolahpun mendesak yang pada saat itu saya harus membayar Uang SPP
kepada pihak sekolah yang sebelumnya itu saya mendapatkan Beasiswa untuk
membayar SPP, namun kali ini tidak ada beasiswa dan kebutuhan sekolah pu saya
tak punya, seperti untuk membeli pulpen, Buku dan keperluan lain, nah beranjak
dari itu terlintas dibenakku untuk mencari uang guna memenuhi kebtuhan yang saya
perlukan.
Suatu ketika
saat perjalanan ke sekolah dengan menggunakan sepeda pemberian dari ibu saat saya
dititipkan dahulu, terlihat oleh ku seorang yang sudah tua buta sedang meminta-minta
kepada setiap orang yang singgah di SPBU Meureubo untuk mengisi bensin tanpa ditemani
oleh anaknya atau pendamping dirinya untuk meminta-minta, nah terfikirkan oleh
ku saat itu, ini sebuah kesempatan bagiku untuk memperoleh uang dengan cara
memandu orng tua itu untuk meminta sedekah kepada setiap orng yang singgah di
SPBU. Setelah kejadian itu, maka tidak menunggu waktu yang begitu lama,
keesokan harinya saya langsung mendatangi SPBU Meureubo tersebut untuk menunggu
kedatangan Orang Tua tersebut dan meminta supaya saya bisa mendampinginya untuk
meminta-minta. Waktu menunjukkan pukul 09.00 Wib dan orang tua tersebut sudah
tiba di lokasi yaitu SPBU Meureubo, namun pada hari itu mungkin nasib saya
kurang beruntung, orang tua itu ditemani oleh kerabatnya, dan usaha pertama
saya gagal untuk mendampingi dirinya meminta-minta.
Pukul 12.30 orang tua tersebut istirahat di seputaran area SPBU untuk makan siang, saya mendatangi mereka yang sedang duduk dan menikmati makan siangnya, saya menghampiri mereka dan berkata “Saya pikir Bapak hari ini datang sendiri, dan bisa saya yang bantu bapak”, dia mengatakan “hari ini ada dia yang pandu, kalau besok dia tidak ada, boleh anda yang pandu” tegas orang tua tersebut, dengan rasa yang sangat menyesal saya menjawab “oma, yang lain apa ada yang bisa saya lakukan pak?, saya butuh uang untuk sekolah, ibu sama ayah saya tidak ada disini, saya tinggal dengan saudara disini, saya tidak ada uang untuk sekolah” dengan spontan pendampingnya itu menjawab “Celengan mesjid ada itu, kalau kamu mau, kamu bawa saja” dan saya menerima tawaran dari mereka itu dengan mungucapkan Alhamdulillah dan berterimakasih pada mereka. Keesokan harinya saya langsung bersiap-siap untuk kesekolah tanpa makan pagi dan tanpa uang, setibanya saya di SPBU Meureubo itu saya langsung mencopot seragam sekolah saya dan mengenakan pakaian layaknya orang yang sedang mintak sedekah dengan menyodorkan Celengan Mesjid kepada Para Pengisi bensin dan Penumpang Labi-labi (Angkutan Umum) yang singgah di SPBU. Kegiatan seperti ini saya lsayakan selama 3 hari berturut-turut yang hasilnya tidak memuaskan dengan pembagiannya 2/1, dua bagi untuk kas masjid dan satu bagi untuk saya, yang pada waktu itu per hari saya bisa mengumpulkan uang hanya sebesar Rp. 20.000 dan itu di bagi 3 dan saya hanya kebagian Rp. 7.000 per hari dan itu hanya cukup untuk makan siang saya, kegiatan seperti ini saya lsayakan selama 3 hari.
Pada suatu hari,
pagi-pagi saya langsung bersiap-menuju ke SPBU dengan menggunakan seragam
sekolah dan akan saya ganti setelah saya sampai di SPBU, nasib baik menghampiri
saya pada hari ini, orang tua yang meminta-minta itu tadi tidak didampingi oleh
kerabatnya dan saya langsung meminta kepada orang tua itu untuk bisa
berkerjasama dengan dia, dan diapun menyetujui hal itu, dan akhirnya saya yang
memandu orang tua tua tersebut meminta sedekah dari orang dengan cara memengang
ditangannya dan mengucapkan salam kepada setiap orang yang datang lalu
disambung dengan dia berdoa.
Setelah beberapa
hari saya melakukan kegiatan ini, maka ditempat tinggal saya itu makin tidak
peduli sama saya dan saya malah dituduh mencuri uang mereka yang hilang, mereka
tidak peduli, dan tidak menghiraukan saya, dan banyak kata yang mereka sampaikan
pada tentangga yang menyatakan bahwa kakak saya ini mengharap saya pergi dari
rumahnya. Karena saya tidak sanggup mendengar kata-kata dari mereka melalui
tentangga dan saya pun berinisiatif untuk pergi sejenak dari rumah mereka
dengan bermodalkan hanya satu buah sepeda. Saya pun mulai berjalan ke arah kota
meulaboh tanpa ada tujuan kemanakah yang harus saya tuju. Hari menjelang sore saya
berniat untuk bermalam di SPBU Meureubo, namun saat dalam perjalanan ke SPBU
saya bertemu dengan seorang teman dan dia mengajak bermalam di rumahnya di desa
pasing pinang. Keesokan harinya saya setelah melakukan kegiatan saya yaitu meminta-minta dengan orang
tua itu sampai jam 16.00 Wib saat saya berdiri di jembes itu saya dipanggil
oleh seorang tetangga yang saya panggil Bang Yed. Bang yed menanyakan sedang
apa saya disitu dan kemana selama ini tidak terlihat di komplek?. Bang ini ini
merupakan salah seorang tetangga yang juga tinggal di perumahan Angkatan Laut
dekat dengan tempat saya tinggal, dan saya menceriatakan kepada beliau apa yang
terjadi sama saya, bahwa bagaimana saudara saya memperlakukan saya bahkan
mereka mengharap saya pergi dari rumahnya, ini saya terkatung-katung bang, uang
tidak ada sekolah pun tidak, setelah saya bercerita banyak kepada bang said itu
akhirnya beliau mengajak saya pulang kerumah beliau dulu untuk sementara waktu,
jangan sampai kamu tidur di SPBU atau ditempat manapun, jangan kayak
gelandangan tegasnya. Akhirnya saya pun kembali dipanggil oleh saudara saya
untuk kembali kerumahnya, setelah terbukti bahwa duit mereka bukan saya yang
ambil, melaikan orng lain. Namun saya tidak tahu pasti apakah karena itu mereka
memanggilku untuk kemali ke rumahnya atau karena mereka tidak enak nanti kalau
orang tua saya tahu kalau saya udah tidak lagi bersama mereka atau kerana hal
lain, saya tidak tahu alasan mereka apa, yang pasti mereka menyuruh saya
kembali ke rumah mereka.
Saya kembali
berpetualang ke Desa Blang Muko Kecamatan Kuala kabupaten Nagan Raya. Selama 2
bulan saya tinggal di sana bersama adik ayahku. Karena terjadi ketidak cocokan
dalam rumah tangga, sehingga paman saya berniat menutupkan saya kepada pati
asuhan, namun paman saya saya ini menceratakan pada seseorng yang sudah
dianggap seperti orng tuanya yaitu Istri dari H. Abidin tentang persolan yang
beluai alami terkait saya, dan ibu Hajjah itu meminta dipertemukan saya dengan
beliau dulu, siapa tahu dia bisa tinggal disini sambil membatu saya, begitu
kata sang ibu hajjah, “Cerita itu
saya kethui dri ibu saya yang diceritakan oleh paman saya pada saat aceh udah
damai” dan saya pun dipertemukan dengan Pak Haji dan Ibu hajjah itu pada
saat pulang sekolah dan singga di tempat mereka yaitu di Toko Bangunan di desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan dalih menelpon
dan berbicara dengan ayah saya dalam hutan melalui HP anak Ibu haji tersebebut.
Setelah merika melihat saya dan mereka meresa iba kepada saya, dan mereka pun mahu
menampung saya tinggal disitu, saya pun di titipkan di pada keluarga H.Abidin
di Desa Padang Rubek, darisanalah saya menempuh pendidikanku yang kala itu
masih di MTsS Meureubo menggunakan jasa angkutan umum labi-labi.
Disanalah
kesenangan itu mulai datang. Bapak H.Abidin dan Ibu Hajjah menggapku sebagai
anak atau lebih tepatnya sebagai anak angkat mereka. Saya diajari banyak hal di
sana mulai dari cara menggunakan mesin cuci hingga hal-hal kecil lainnya.
Sepulang sekolah, saya membantu ibu angkatku menjaga toko bangunan dan merawat
ternak “lembu” disore harinya. Kebahagiaan itu juga tak lama saya rasakan, tak
sampai tiga bulan lamanya saya tinggal di sana, bencana Tsunami pun datang
menghampiri Aceh. Bencana itu berimbas pada pendidikanku, saya terpaksa pindah
ke sekolah SMPN 5 Kuala yang terletak tak jauh dari rumah H.Abidin yakni di Desa
Padang Rubek yang pada akhirnya saya dinyatakan lulus SMP di sana pada tahun
2005.
Setelah lulus
SMP saya kembali berkelana ke ibu kota provinsi Aceh bersama dengan paman saya
bukan untuk melanjutkan pendidikan namun untuk melanjutkan perjuangan untuk
hidup, di sana saya bekerja dan tinggal bersama adik daripada ayah kandungku.
Kabar gembira
pun menghampiriku kala itu di mana orang tusaya telah kembali dari hutan belantara
ke desa setelah penandatanganan MoU Helsinki antara pemerintah RI dengan GAM. saya
pun pulang untuk menemui kedua orang tua saya yang saat itu terpaksa tinggal di
rumah saudara ibuku di Desa Suak Bilie akibat rumahku dihancurkan oleh TNI saat
konflik berkecambuk di Aceh, dan tak lama kemudian, kami pindah ke Desa Kuta
Padang Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya dengan menenpati rumah yang
sudah tidak ditempati oleh pemiliknya.
Pada tahun 2006 kami
sekeluarga yang masih belum memiliki rumah kala itu, alhamdulillah saya yang
sudah melanjutkan pendidikan ke SMA pun barulah mendapatkan seorang adik, Alhamdulillah
Orang tua saya dikaruniai seorng anak laki-laki yaitu adik saya dan diberinama
Muhammad Romy Andika. Pada juli 2006, saya melanjutkan pendidikan di SMAN 1
Seunagan, karena keterbatasan transportasi dan juga biaya dan saat itu juga
orng tua saya sedang membangun rumah sendiri di Kata Padang, dan saya kembali
lagi harus jarang berjumpa dengan keluarga terutama dengan adik satu-satunya
yang saat itu masih begitu menggemaskan. akhirnya pada saat kelas 2 SMA saya
harus tinggal disebuah rental Komputer milik saudara saya yang terletak tak
jauh dari sekolahku, disela sela waktu sekolah dan berkerja saya pulang kerumah
untuk mengjenguk orng tua beserta adik imut saya itu, disalah saya belajar
komputer sambil membantu beliau dalam mengola rental computer yang bernama
Intelcom itu, dan saya pun berhasil LULUS SMA pada tahun 2009.
Sejak 2009 hingga sekarang, saya sudah terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Pelita Nusantara Nagan Raya. Semoga dalam waktu dekat ini, saya dapat menyelesaikan studiku di sana. Saya berkuliah STIAPEN Nagan Raya berkat diajak oleh seorang teman yaitu Asrizal, asrizal marupakan warga Desa kuta padang kecamatan suka makmue kabupaten nagan raya dan dia merupakan salah seorang teman saya yang berkuliah disitu, akhirnya saya pun memutuskan untuk berkuliah di STIAPEN Nagan Raya. Dalam perjalanannya di STAPEN Nagan Raya, saya diperkenalkan kepada Bapak Edi Wanda, A.Md.P,SE,MM yang merupakan Rektor Kampus itu oleh saudara Asrizal, yang ternyata bapak Edi Wanda ini juga merupakan kerabat dari Ayah saya, stelah beliau tahu bahwa saya merupakan anak dari kerabat beliau maka, belian welcome dengan saya. Seiring berjalannya waktu saya selalu bersama dengan asrizal yang merupakah mahasiswa yang aktif dalam organisasi HMI tersebut. Berkat keakraban asrizal dengan pengurus kampus, maka saya juga bisa dekat dengan pengurus kampus termsuk pak edi wanda, kebetulan pada saat itu saya mampu mengoperasikan komputer, maka pak edi mempercayakan kepada saya untuk membantu beliau dalam hal pengetikan surat maupun yang lainnya.
Seiring berjalan nya waktu, hari berganti hari hingga saya udah berkuliah beberapa semester, saya pun diangkat menjadi pengurus kampus sambil melsayakan perkuliahan, pengurus kampus pada saat itu masih balum banyak, diantaranya Bapak Edi Wanda Sebagai rektor, Pak Harmaini Sebagai Kabag Akadmik Ibu Adria bagian keuangan atau bendahara, sementara Ibu Maulidar yang merupakan Istri Bapak Edi Wanda sedang menyelesaikan S2 nya di IPDN, disela-sela waktu tidak masuk kelas, maka saya aktif sebagai pengurus kampus bidang akademik, singkat cerita saya selsaya mahasiswa dan sekaligus pengurus di kampus satu-satu nya yang ada di nagan raya dan baru berdiri di Nagan Raya pada tahun 2008 itu di bawah bimbingan pak edi melalukan banyak hal terkait kepengurusan kampus, diantaranya merapikan database mahasiswa, merapikan data akdamik, dan juga mendesain ijazah untuk pertamkalinya yang nanti akan dimiliki oleh para sarjana lulusan dari STAPEN Nagan Raya baik jurusan D3 Sekretari atau S1 Ilmu Administrasi Niaga. Semenjak saya berkegiatan di STAPEN Nagan Raya baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pengurus, disitulah saya mulai mengenal dunia luar, banyak tempat saya kunjungi dan melsayakan aktivitas di sana, semua itu tidak pernah lapas dari bimbingan dan arahan dari pak edi wanda, sehingga sosok pak edi wanda hampis seperti sosok orang tua bagi saya dan beberapa teman seperjuangan saya. Bertahun-tahun saya melsayakan berbagai aktivitas di STAPEN Nagan Raya baik bersama pengurus atau dengan teman-teman seperjuangan, sihinga tak terasa saya sudah hampir selesai di STAPEN Nagan Raya, dan saya pun menemukan pujuaan hati saya di situ, dia teman sekelas saya yaitu IRMA YUNITA, dan kami pun menjalin hubungan dan menikah pada 30 Desember 2014 setelah kami dinayatakn lulus dari kampus STAPEN Nagan Raya.
Setelah saya
menyelesaikan pendidikan S1 saya di STAPEN Nagan Raya, maka saya diangkat
secara permanen manjadi pengurus STAPEN Nagan Raya oleh Pak Edi Wanda dan
Jabatan terakhir saya di kampus adalah sebagai Kabag Akademik dan Operator
Pangkatan Data Perguruan Tinggi, dari tahun 2009 sampai dengan 2017 saya berada
di STAPEN Nagan Raya dengan berbagai aktivitas, maka saya harus keluar dari
kampus karena suatu lain hal yang mengharuskan saya mengundurkan diri dari
kampus, dengan berat hati saya harus meninggal kan STAPEN Nagan Raya dan semua
pengurus yang sudah seperti keluarga sendiri, saya pun out dari STAPEN Nagan
Raya pada september 2017. Sempat menganggur hampir 1 tahun tidak memiliki
pekerjaan dengan tanggungan seorang anak yang lahir pada 14 Oktober 2014 kami
beri nama Amira Khamila Latif dan hanya bergantung pada pendapat istri yang
saat itu berkerja disebuah program pemerintah eks PNPM Mandiri.
Berkat kegigihan
orang tua (Ayah) yang membantu mencarikan pekerjaan untuk saya, maka saya
diterima di sebuah perusahaan ternama di indonesia yaitu PT. Cipta Kridatama
yang bergerak dibidang pertambangan. Saya dinyatakan lulus dan berkerja pada PT
CK sebagai administrator Plant (Plant Data Entry ME) pada 13 Maret 2018.
Seiring berjalannya waktu Alhamdulillah kami dikaruniai seoarang putra
laki-laki oleh ALLH Swt yang lahir pada 23 Juni 2022 dan kami berinama Muhammad
Alkhalifi Dzikri.
Demikian cerita
singkat perjalanan hidup saya, dalam jalannya cerita ini, banyak waktu dan
kejadian yang tak disebutkan secara rinci, sehinga masih memungkinkan cerita
ini disambung dalam sewaktu-waktu, semoga kita semua dalam lingdungan ALLAH
Swt, dan selalu bersyukur atas karunia ALLAH SWT.
Cerita ini pertmakali ditulis pada 22 Desember 2009 merupakan tugas matakuliah sejarah , dan telah disunting terakhir pada 07 Juli 2022
Hormat Saya "Penulis" Abdul Latif, S.Sos
No comments:
Post a Comment